- Home »
- Rasa dalam Diam
coretan busukk
On Senin, 30 Mei 2016
Rasa dalam Diam
Ada beberapa hal yang
lebih indah jika tidak disentuh, mengagumimu misalnya.
-Falen Pratama-
Aku
tak ingin lagi merasakan patah hati. Cukup dengannya saja aku merasakan betapa
menyiksanya diputuskan oleh seseorang yang sangat dicintai. Aku pergi, merantau
ke kota orang dengan membawa sisa-sisa luka yang ku yakin suatu saat akan
sembuh dengan sendirinya. Sekali lagi, aku pergi. Berusaha melupakannya sekuat
yang ku bisa. Ku sibukkan diri, menata harapan baru dan membangun kepercayaan
diri kembali yang—baru ku sadari telah ku robohkan sendiri. Dan kini, setelah
terlalu lama kosong, aku merasakan ada yang mengisi ruang hati. Entah ini
perasaanku saja yang memang sudah lama merindukan hadirnya seseorang, atau
memang ini benar-benar perasaan yang nyata. Namun aku merasakan ada sesuatu
yang membuatku berdebar setiap kali aku bersua dengan sosoknya.
Surakarta,
tahun pertama.
Semua
orang tahu sakitnya perasaan yang tak terkatakan, rasa yang hanya mampu didekap
dalam bungkam. Rasa seharusnya diungkapkan agar tak menimbulkan kegetiran, atau
paling tidak dibuktikan dengan suatu tindakan. Namun aku memang tak punya banyak
pilihan.
Aku menyukainya saat pertama kali melihatnya. Cinta pada pandangan
pertama? Bukan, ku rasa bukan. Suka harus didefiniskan sedemikian rupa. Suka
bukan berarti jatuh cinta. Aku hanya suka, suka melihat penampilannya dan
tingkah lakunya. Sebab saat kesan pertama melihatnya, dia sudah menciptakan suatu
keadaan yang istimewa dalam pandangan. Iya, saat itu aku menyukainya.
Waktu
terus berjalan dan tanpa ku sadari, aku lalai dalam mengendalikan hati. Sikapnya
yang selalu baik membuatku terlalu percaya diri bahwa dia mempunyai perasaan
yang sama. Namun ku yakinkan hati, bahwasanya aku tak lebih dari seorang teman.
Aku berusaha bersikap biasa saja di hadapannya. Aku selalu memandang lurus ke
dalam bola matanya setiap kali aku dan dia berbicara. Terkadang dia memberikan
perhatian kecil padaku—hanya kecil, tetapi mampu membuatku terbang setinggi
angkasa kemudian semesta membangunkanku dari khayalan tinggi tentangnya bahwa
sikapnya padaku hanya biasa saja. Artinya dia melakukannya bukan hanya untukku
saja, tetapi juga untuk teman lainnya. Entah apa yang ku kagumi darinya.
Meskipun aku tahu dia sudah menambatkan hatinya pada orang lain, tetapi aku
bersikeras bahwa suatu saat dia akan menyadari ada seseorang yang selama ini
mengagumi.
Aku
tak bisa menulis banyak. Sebab aku belum begitu yakin dengan perasaan yang ada.
Aku hanya mengungkapkan yang saat ini ku rasakan. Rasanya tidak nyaman memang,
berpura-pura menahan rasa agar seseorang yang dikagumi tidak mengetahuinya
karena takut kehilangannya sebagai seorang teman. Jika memang perasaanku ini sia-sia,
aku meminta kepada Tuhan agar aku tak benar-benar jatuh hati padanya. Aku tak
ingin jatuh hati padanya saat ia masih menyerahkan hatinya pada orang lain. Aku
tak ingin, merasakan patah untuk ke sekian kalinya. Aku tak ingin! Aku hanya ingin
untuk saat ini menjadi teman dekatnya saja.