- Home »
- Tapi Hujan Belum Berhenti
coretan busukk
On Kamis, 03 Agustus 2017
Tapi Hujan Belum Berhenti
“Ayo
keluar!” ajaknya.
“Tapi
hujan belum berhenti.” Kataku sambil berkutat menjelajahi satu per satu rak
buku.
“Tidak
masalah.”
“Tidak
mau.”
Kau menghela napas. Kembali membenarkan posisi duduk
di samping jendela seperti sebelumnya.
Memandang tetesan air hujan yang jatuh dengan lebat. Meskipun ruangan ini
tertutup, tetapi bisa ku rasakan dingin dari angin hujan yang turun. Kau
terdiam lagi. Seperti tidak tertarik berada di ruangan ini. Sudah hampir satu
jam tapi kau tak mau untuk sekadar melihat koleksi buku yang tertata rapi.
Sementara sudah dari tadi aku sibuk dengan buku-buku itu. Aku tak tahu apa yang
harus aku lakukan agar kau tidak hanya terdiam. Sesekali aku mengajakmu berbicara.
Kau hanya menjawab dengan seadanya saja.
Aku tahu kau suka hujan, tetapi aku tidak. Aku suka
mengoleksi buku-buku, tetapi kau tidak. Baiklah. Kali ini aku yang mengalah.
Entah sudah berapa kali aku terjebak dalam suasana seperti ini, ketika sedang
menghabiskan hari bersamamu tiba-tiba hujan turun. Baiklah, kali ini aku tidak bisa lagi untuk
menolak. Kau sudah menemaniku selama hampir satu jam berkutat dengan buku-buku
itu. Aku tahu betul pasti hal ini sangat membosankan bagimu. Tetapi aku juga
tahu betul kau tidak ingin menunjukkannya karena takut aku tersinggung. Aku
menghampiri tempat dudukmu beberapa menit kemudian. Kau masih setia memandang
kaca jendela itu yang menguap karena terkena air hujan.
“Ayo keluar!” ucapku sambil memandangmu dengan
senyuman.
“Tapi hujan belum berhenti.” Jawabmu tanpa menoleh
ke arahku.
“Tidak masalah. Aku bosan di sini.”
Aku berdiri. Kemudian menarik tanganmu. Aku dan kamu
melangkah keluar meninggalkan ruangan itu. Di depan pintu keluar, tiba-tiba kau
menghentikan langkah.
“Tapi hujan belum berhenti. Kamu tidak apa-apa jika
kita keluar sekarang?”
“Ini bukan pertama kali.” Aku kembali menggandeng
tanganmu.
Kita menerobos air hujan. Langit berwarna
kehitam-hitaman masih setia mengeluarkan tetesannya. Seketika tubuhku basah.
Tak apa. Kau suka hujan. Maka aku pun harus belajar untuk menyukainya juga. Bisa
ku lihat ada kebahagiaan yang tersirat dari wajahmu. Kita berkeliling kota
tanpa tujuan, untuk sekadar menikmati air yang turun dari langit dan dingin
yang selalu saja membawa kesejukan. Kau menghentikan laju kendaraan di sebuah
taman kota. Melihat lalu lalang kendaraan dan aktivitas kota beserta dengan
hiruk pikuk masyarakatnya. Kau mengenggam tanganku. Bisa ku rasakan dingin dari
tubuhmu. Tapi bukankah hal ini yang kau sukai?
“Seperti biasa. Hanya seperti ini. Kita cukupkan
saja karena aku sudah merasa kedinginan.” Katamu.
“Tapi hujan belum berhenti.”
“Tidak masalah. Bagiku sudah basah terkena
tetesannya dan menikmati dingin dari airnya sudah lebih dari cukup.”
“Kenapa suka hujan?”
“Tidak tahu.”
“Pasti ada alasannya.”
“Tidak tahu. Apa suka dengan suatu hal butuh alasan?”
“Barangkali ada sesuatu yang bisa menjelaskan.”
“Mungkin karena dinginnya membawa kesejukan.”
Aku terdiam memandangi jalanan sekitar. Air
menggenang di mana-mana. Kali ini ku rasakan hujan turun lebih lama. Kau masih
menggenggam tanganku. Aku membalasnya dengan menggenggam jemarimu juga dengan
erat.
“Kenapa suka mengoleksi buku?”
“Tidak tahu.” Jawabku seperti ikut-ikutan denganmu.
“Harus bisa menjelaskan. Supaya aku juga bisa
belajar menyukainya.”
“Tak perlu dipaksakan untuk suka.”
“Tidak apa-apa. Barangkali dengan itu aku bisa lebih
lagi untuk belajar memahamimu.”
“Sekarang tanpa perlu dijelaskan kau sudah lebih
dulu memahamiku.”
“Kenapa bisa begitu?”
“Ya. Bagiku sudah bersedia menemaniku selama ini
berarti sudah memahami.”
Kali ini kau yang terdiam. Hujan sudah agak reda.
Tidak sederas seperti sebelumnya.
“Maaf jika apa yang membuatku suka, kau malah tidak
menyukainya.” Katamu.
“Perbedaan tidak jadi masalah kan?”
Kau tersenyum ke arahku. Seketika aku salah tingkah.
Ku alihkan pandanganku kembali ke jalanan, ke arah lalu lalang kendaraan di
depan. Tak berani aku menatap matamu lebih lama.
“Tidak. Karena itulah yang membuat kita saling
memahami.”
Tetesan itu masih saja turun meskipun tidak sederas
sebelumnya. Kau kembali melaju menggunakan kendaraan. Entah kau akan membawaku
pulang atau akan berpindah tempat, aku tidak tahu. Tapi hujan belum berhenti.
Barangkali kau ingin menikmatinya lebih lama lagi.